Pakaian adat Gorontalo umumnya terdiri
atas tiga warna yaitu warna ungu, warna kuning keemasan, dan warna
hijau. Sedangkan dalam upacara pernikahan adat Gorontalo, masyarakat
hanya menggunakan empat warna utama, yaitu merah, hijau, kuning emas,
dan ungu.
Pakaian Adat Gorontalo
Sumber : http://www.kapanlagi.com
Masing-masing warna tersebut dipercaya
memiliki arti tertentu yang berkaitan dengan nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat Gorontalo. Penggunaan warna merah
dalam pakaian adat gorontalo memiliki makna keberanian dan tanggung
jawab, warna hijau sebagai lambang kesuburan, kesejahteraan, kedamaian,
dan kerukunan, warna kuning emas untuk melambangkan kemuliaan,
kesetiaan, kebesaran, dan kejujuran, sementara warna ungu digunakan
sebagai simbol keanggunanan dan kewibawaan.
Pakaian Adat Gorontalo
Sumber : http://www.skyscrapercity.com
Masyarakat Gorontalo umumnya menghindari
pengunaan pakaian dengan warna coklat yang menyerupai unsur tanah, dan
lebih memilih warna hitam yang dianggap sebagai simbol keteguhan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa jika ingin menggunakan pakaian
yang berwarna gelap. Sementara untuk keperluan ibadah dan melayat,
dipilihlah pakaian berwarna putih yang bermakna kesucian atau kedukaan.
Warna biru muda sering kali dikenakan pada saat peringatan 40 hari duka,
sedangkan warna bitu tua biasanya digunakan pada peringatan 100 hari
duka untuk menghormati orang yang telah meningal.
Pakaian Adat Gorontalo
Sumber : http://mediagor.blogspot.com/
Pemahaman itulah yang kemudian dijadikan
sebagai dasar dalam pemilihan warna merah, hijau, kuning emas, dan ungu
pada perhiasan upacara pernikahan masyarakat Gorontalo.
Pakaian Adat Gorontalo
Pakaian daerah yang dikenakan oleh pengantin wanita dalam adat Gorontalo disebut dengan nama Biliu yang terdiri atas blus dan rok panjang yang memperlihatkan ayuwa (sukap) dan popoli (tingkah laku), termasuk sifat dan pembawaan didalam lingkungan keluarga. Sedangkan pakaian adat yang dikenakan oleh mempelai pria diberi nama Makuta.
Sumber : http://arya616.wordpress.com/
Pelengkap busana pengantin wanita
gorontalo secara garis besar terdiri atas baya lo boute, tuhi-tuhi,
lai-lai, buohu wulu wawu dehu, kecubu (lotidu), etango, pateda, dan
luobu.
Baya Lo Boute
Baya lo boute merupakan ikat kepala yang
digunakan oleh wanita sebagai simbol bahwa wanita telah didiikat dengan
suatu tanggung jawab sebagai seorang istri.
Tuhi-Tuhi
Tuhi-tuhi artinya gafah berjumlah
sebanyak 7 buah. Tuhi-tuhi diibaratkan sebagai 2 kerajaan yang
bersaudara yaitu Hulontalo dan limutu (Gorontalo dan Limboto ) serta 5
kesatuan kerajaan yaitu Tuwawa, Limutu, Hulontalo, Bulonga dan Atingola.
Sumber : http://www.pilarsulut.com/
Lai-Lai
Lai-lai merupakan bulu unggas berwarna
merah putih yang diletakkan tepat diatas ubun-ubun sebagai perlambang
keberanian, kesucian dan budi pekerti yang luhur.
Buohu Wulu Wawu Dehu
Buohu wulu wawu dehu adalah aksesoris berupa kalung bersusun yang menggambarkan ikatan kekeluargaan.
Sumber : http://www.fotografindo.com
Kecubu (Lotidu)
Kecubu (Lotidu) merupakan hiasan yang
diletakkan pada bagian dada sebagai ambaran sifat taqwa serta iman yang
kuat seorang wanita dalam menghadapi segala cobaan.
Etango
Etango adalah ikat pinggang yang
digunakan sebaai isyarat agar seseorang memaknai arti hidup sederhana,
makan barang yang halal dan menghindari yang haram.
Sumber : http://yusangriyapengantin.com
Pateda
Penunaan pateda atau sepasang gelang
lebar yang melilit rapat pada kedua pergelangan tangan dapat diartikan
sebagai pengekang tindak¬an-tindakan yang tidak terpuji aar tidak
melanggar hukum yan berlaku dalam adat setempat.
Luobu
Luobu merupakan hiasan kuku yang hanya
dikenakan pada jari manis dan jari kelingking dari kedua belah tangan
kiri dan kanan. Hiasan yang dipakai pada jari manis pertanda budi yang
luhur sedangkan pada jari ke¬lingking mengingatkan manusia agar
melaksanakan pekerjaan dengan penuh ketelitian.
Sumber : http://www.memobee.com/
Pelengkap busana pengantin pria gorontalo secara garis besar terdiri atas tudung makuta, bako, dan pasimeni.
Tudung Makuta
Tudung makuta atau dikenal dengan nama
lain laapia-bantali-sibii merupakan hiasan pada bagian kepala berbentuk
bulu unggas yang letaknya menjulang keatas dan terkulai kebelakang
sebagai simbol bahwa seorang pria yang berkedudukan tinggi harus
berperangai halus dan lembut seperti bulu unggas.
Bako
Hiasan ini diletakkan pada pada bagian
garis leher dengan 2 tali terurai, yang mengandung pengertiannya sama
halnya dengan kalung bersusun yang dikenakan oleh pengantin wanita.
Pasimeni
Hiasan pada baju ini digunakan untuk menggambarkan kekeluargaan yang luas dan penuh dengan kedamaian.
sumber:
https://fitinline.com/article/read/keunikan-pakaian-adat-gorontalo/
https://fitinline.com/article/read/11-pelengkap-pakaian-adat-pengantin-gorontalo/