Rampak
bedug pertama kali dimaksudkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan dan Hari
Raya Idul Fitri, persis seperti seni ngabedug atau ngadulag. Tapi karena
merupakan suatu kreasi seni yang genial dan mengundang perhatian penonton, maka
seni rampak bedug ini berubah menjadi suatu seni yang layak jual, sama dengan
seni-seni musik komersial lainnya. Walau para pencetus dan pemainnya lebih
didasari oleh motivasi religi, tapi masyarakat seniman dan pencipta seni
memandang seni rampak bedug sebagai sebuah karya seni yang patut dihargai.
Rampak
Bedug berasal dari kata Rampak atau kompak yang berarti sama, gerakannya sama,
pukulannya sama. Asal muasal rampak bedug ini yaitu pada jaman dahulu ketika
masyarakat kampung akan menunaikan ibadah sholat, sebelum adzan salah seorang
dari mereka memukul-mukulkan media yang bunyinya nyaring dan keras misalnya
kentongan sebagai tanda waktu sholat tiba. Namun ternyata bunyi kentongan ini
sering disalah tafsirkan oleh masyarakat setempat, karena bunyi kentongan ini
bisa juga diartikan adanya maling yang masuk ke kampung. Supaya bisa
membedakannya maka diciptakanlah bunyi yang suaranya tidak menyerupai kentongan
namun masih nyaring dan keras yaitu bedug.
Jadi “Rampak Bedug” adalah seni bedug dengan
menggunakan waditra berupa “banyak” bedug dan ditabuh secara “serempak”
sehingga menghasilkan irama khas yang enak didengar. Waditra adalah seni atau
kesenian dari budaya jawa.
Waditra rampak bedug terdiri dari : bedug besar,
berfungsi sebagai bass yang memberikan rasa puas ketika mengakhiri suatu bait
sya’ir dari lagu. Ting tir, terbuat dari batang pohon kelapa, berfungsi sebagai
penyelaras irama lagu bernuansa spiritualis (takbiran, shalawatan, marhabaan,
dan lain-lain). Anting Caram dan Anting Karam terbuat dari pohon jambu dan
dililiti kulit kendang berfungsi sebagai pengiring lagu dan tari. Akan tetapi rampak
bedug hanya terdapat di daerah Banten sebagai ciri khas seni budaya Banten.
Jumlah
pemain sekitar 10 orang, laki-laki 5 orang dan perempuan 5 orang. Adapun fungsi
masing-masing pemain adalah sebagai berikut : pemain laki-laki sebagai penabuh
bedug dan sekaligus kendang sedangkan pemain perempuan sebagai penabuh bedug,
baik pemain laki-laki maupun perempuan sekaligus juga sebagai penari.
- Nilai Religi, yakni menyemarakan bulan suci Ramadhan dengan alat-alat yang memang dirancang para ulama pewaris Nabi. Selain menyemarakan Tarawihan juga sebagai pengiring Takbiran dan Marhabaan.
- Nilai rekreasi/hiburan.
- Nilai ekonomis, yakni suatu karya seni yang layak jual. Masyarakat pengguna sudah biasa mengundang seniman rampak bedug untuk memeriahkan acara-acara mereka.
sumber:
https://kanvasalfabet.blogspot.co.id/2015/01/asal-usul-tarian-rampak-bedug-banten.html
http://kebudayaanindonesia.net/kesenian-rampak-bedug-dari-banten/