Nusa Tenggara Timur atau NTT merupakan sebuah provinsi yang dulunya merupakan bagian dari kepulauan Sunda Kecil. Sesuai dengan namanya, provinsi ini terdiri atas beberapa pulau, di antaranya Pulau Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo, dan Pulau Palue. Keberagaman dari suku yang tinggal di pulau-pulau tersebut membuat kebudayaan dan tradisi yang sangat heterogen saling membaur satu sama lain di Nusa Tenggara Timur.Penduduk di NTT merupakan masyarakat yang heterogen, selain terlihat dari perbedaan ciri-ciri fisik juga menunjukan bermacam suku-bangsa dengan latar belakang sejarah, bahasa dan tata kehidupan adat yang berbeda pula. Di Pulau Timor misalnya didiami oleh suku bangsa : Atoni atau Dawan, Tetun (Belu), Buna, dan Kemak. Suku bangsa Kisar di Pulau Kisar, suku bangsa Alor di Pulau Alor dan suku bangsa solor di Pulau Sokor. Selain itu terdapat suku bangsa Helong di Pulau Semau, suku Sabu di pulau Sabu, suku Sumba di Pulau Sumba, suku Rote di Pulau Rote, serta suku bangsa Manggarai, Ngada, Ende, Lio, Sikka, dan Larantuka di Pulau Flores.
Sehari-hari masyarakat Kupang dari berbagai suku mengenakan pakaian hampir seperti busana upacara adat namun tidak menggunakan aksesori dan perhiasan.
Pria mengenakan selimut dan kemeja putih dilengkapi dengan ikat pinggang besar dan dipergagah dengan pengikat bernama destar.
Sedangkan wanita memakai sarung dengan teknik dua kali lipatan dan dililit pada pinggang agar sarung tidak melorot jatuh ke bawah. Untuk bagian atas dikenakan kebaya saja yang disulam menyerupai kutang atau bra.
Sehelai selendang menempel pada bahunya. Rambut disanggul dan memakai hiasan berbentuk bulan sabit dengan tiga buah bintang. Hiasan tersebut disebut bulak molik. Bulan molik artinya bulan baru. Hiasan ini terbuat biasanya terbuat dari emas, perak, kuningan, atau perunggu yang ditempa dan dipipihkan, kemudian dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai bulan sabit.Selain itu, Aksesoris lainnya adalah gelang, anting, kalung susun (habas), dan pending. Kalung susun atau habas terbuat dari emas atau perak yang merupakan warisan turun-temurun dari sebuah keluarga suku Rote. Terkadang, ada yang menanggap bahwa habas merupakan benda keramat yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Selain habas, aksesoris lainnya adalah pending. Pending merupakan perhiasan yang terbuat dari kuningan, tembaga, perak dan emas dan biasa dipakai di bagian pinggang. Motif yang sering muncul sebagai hiasan pending adalah motif bunga atau hewan unggas.
Laki-laki suku rote menggunakan Ti’i langga, yaitu penutup kepala yang berbentuk mirip dengan topi sombrero dari Meksiko. Ti’i langga terbuat dari daun lontar yang dikeringkan. Karena sifat alami daun lontar yang makin lama makin kering, maka ti’i langga pun akan berubah warna dari kekuningan menjadi makin cokelat. Bagian yang meruncing pada topi tersebut makin lama tidak akan tegak, tetapi cenderung miring dan sulit untuk ditegakkan kembali. Konon hal tersebut melambangkan sifat asli orang Rote yang cenderung keras. Selain itu, ti’i langga juga merupakan simbol kepercayaan diri dan wibawa pemakainya. Ti’langga merupakan aksesoris dari pakaian tradisional untuk pria Rote. Tetapi pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat menarikan tarian tradisonal foti, perempuan menggunakan penutup kapala.
Selain Ti'i langga, dikenakan juga sebagai aksesoris sehelai kain tenun berukuran kecil diselempangkan di bagian bahu. Motifnya serasi dengan kain tenun pada sarungnya. Selain itu, sebilah golok juga diselipkan di pinggang depan.
Masyarakat suku Sabu berbicara dalam bahasa Sabu. Bahasa Sabu sendiri termasuk kelompok bahasa Bima-Sumba dari Nusa Tenggara Barat. Bahasa Sabu mencakup dialek Raijua (di pulau Raijua), Mesara, Timu dan Seba.
Tenun ikat mereka yang terkenal adalah Si Hawu (sarung sabu) dan Higi Huri (selimut). Mereka melakukan semua proses seperti umumnya di Nusa Tengggara Timur. Benang direntangkan pada langa (kayu perentang khusus) supaya mudah mengikatnya sesuai motif, setelah dilumuri lilin. Pencelupan dilakukan dengan empat warna dasar yakni biru pekat dan hitam, diperoleh ramuannya dari nila, merah dari mengkudu dan kuning dari kunyit. Tenun Sabu yang terkenal adalah motif flora dan fauna serta motif geometris.
adalah baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun dua kali lilitan dan tanpa asesories.
Sedangkan untuk baju pengantin tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya kaum wanita suku Sabu memiliki ciri khas sebagai berikut :
Baju adat pria pada suku Helong di Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari :
Sedangkan untuk kaum wanita, pakaian adat Suku Helong yang biasa dikenakan terdiri dari :
Sumber:
http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/07/pakaian-adat-ntt-nusa-tenggara-timur.html
https://gpswisataindonesia.wordpress.com/2014/06/09/pakaian-adat-nusa-tenggara-timur/
http://www.tradisikita.my.id/2017/04/8-baju-adat-nusa-tenggara-timur-ntt.html
pakaian adat NTT |
Pria mengenakan selimut dan kemeja putih dilengkapi dengan ikat pinggang besar dan dipergagah dengan pengikat bernama destar.
Sedangkan wanita memakai sarung dengan teknik dua kali lipatan dan dililit pada pinggang agar sarung tidak melorot jatuh ke bawah. Untuk bagian atas dikenakan kebaya saja yang disulam menyerupai kutang atau bra.
1. Baju Adat Suku Rote Nusa Tenggara Timur (NTT)
Suku Rote atau Orang Rote berdiam di Pulau Roti, Ndao dan sebagian pantai barat Pulau Timor, di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bahasa Roti termasuk rumpun bahasa Austronesia dan terbagi ke dalam beberapa dialek, seperti Unale, Ti, Termanu, Ringgou, Dengka, Ba'a, Bilba, Kolbaffo, Dela, Lole, Keka, Diu, Lelenuk, Talae, Landu. Ahli lain menggolongkan bahasa mereka menjadi dialek Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Lobalain, Rote Tengah, Rote Timur dan dialek Pantai Baru.a. Baju Adat Perempuan Suku Rote
Kamu wanita pada suku Rote biasanya mengenakan baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun sebagai pakaian tradisionalnya. Salah satu motif yang sering digunakan untuk menghiasi pakaian adat ini adalah motif pohon tengkorak.Sehelai selendang menempel pada bahunya. Rambut disanggul dan memakai hiasan berbentuk bulan sabit dengan tiga buah bintang. Hiasan tersebut disebut bulak molik. Bulan molik artinya bulan baru. Hiasan ini terbuat biasanya terbuat dari emas, perak, kuningan, atau perunggu yang ditempa dan dipipihkan, kemudian dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai bulan sabit.Selain itu, Aksesoris lainnya adalah gelang, anting, kalung susun (habas), dan pending. Kalung susun atau habas terbuat dari emas atau perak yang merupakan warisan turun-temurun dari sebuah keluarga suku Rote. Terkadang, ada yang menanggap bahwa habas merupakan benda keramat yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Selain habas, aksesoris lainnya adalah pending. Pending merupakan perhiasan yang terbuat dari kuningan, tembaga, perak dan emas dan biasa dipakai di bagian pinggang. Motif yang sering muncul sebagai hiasan pending adalah motif bunga atau hewan unggas.
b. Baju Adat Laki-Laki Suku Rote
Baju adat rote berupa kemeja berlengan panjang berwarna putih polos. Tubuh bagian bawah ditutupi oleh sarung tenun berwarna gelap, kain ini menjuntai hingga menutupi setengah betis. Motif dari kain ini bermacam-macam, bisa berupa binatang, tumbuhan yang ada tersebar di di kawasan Nusa Tenggara Timur. Dari motif yang nampak dari kain tenun tersebut dapat dilihat daerah asal pembuatan kain tenun tersebut.Laki-laki suku rote menggunakan Ti’i langga, yaitu penutup kepala yang berbentuk mirip dengan topi sombrero dari Meksiko. Ti’i langga terbuat dari daun lontar yang dikeringkan. Karena sifat alami daun lontar yang makin lama makin kering, maka ti’i langga pun akan berubah warna dari kekuningan menjadi makin cokelat. Bagian yang meruncing pada topi tersebut makin lama tidak akan tegak, tetapi cenderung miring dan sulit untuk ditegakkan kembali. Konon hal tersebut melambangkan sifat asli orang Rote yang cenderung keras. Selain itu, ti’i langga juga merupakan simbol kepercayaan diri dan wibawa pemakainya. Ti’langga merupakan aksesoris dari pakaian tradisional untuk pria Rote. Tetapi pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat menarikan tarian tradisonal foti, perempuan menggunakan penutup kapala.
Selain Ti'i langga, dikenakan juga sebagai aksesoris sehelai kain tenun berukuran kecil diselempangkan di bagian bahu. Motifnya serasi dengan kain tenun pada sarungnya. Selain itu, sebilah golok juga diselipkan di pinggang depan.
2. Baju Adat Suku Sabu Nusa Tenggara Timur (NTT)
Suku Sabu (Sawu, Savu), disebut juga sebagai Do Hawu atau Havunese, adalah suku yang mendiami pulau Sabu (Rai Hawu) di kabupaten Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur.Masyarakat suku Sabu berbicara dalam bahasa Sabu. Bahasa Sabu sendiri termasuk kelompok bahasa Bima-Sumba dari Nusa Tenggara Barat. Bahasa Sabu mencakup dialek Raijua (di pulau Raijua), Mesara, Timu dan Seba.
Tenun ikat mereka yang terkenal adalah Si Hawu (sarung sabu) dan Higi Huri (selimut). Mereka melakukan semua proses seperti umumnya di Nusa Tengggara Timur. Benang direntangkan pada langa (kayu perentang khusus) supaya mudah mengikatnya sesuai motif, setelah dilumuri lilin. Pencelupan dilakukan dengan empat warna dasar yakni biru pekat dan hitam, diperoleh ramuannya dari nila, merah dari mengkudu dan kuning dari kunyit. Tenun Sabu yang terkenal adalah motif flora dan fauna serta motif geometris.
a. Baju Adat Laki-Laki Suku Sabu Nusa Tenggara Timur (NTT)
Baju adat Pria Sabu berupa ikat kepala, kemeja berlengan panjang berwarna putih polos. Tubuh bagian bawah ditutupi oleh sarung tenun dan sehelai kain tenun berukuran kecil diselempangkan di bagian bahu. Sedangkan untuk pakaian pengantin, suku Sabu ini memiliki model baju adat tersendiri yang terdiri dari :- Selendang yang digunakan pada bahu pria
- Destar pengikat kepala sebagai lambang kebesaran/kehormatan disertai dengan mahkota kepala pria yang terdiri dari tiga tiang terbuat dari emas.
- Kalung mutisalak yaitu sebagai mas kawin dengan liontin gong.
- Sepasang gelang emas
- Ikat pinggang/sabuk yang memiliki 2 kantong pengganti dompet/tas
- Habas/perhiasan leher terbuat dari emas.
b. Baju Adat Wanita Suku Sabu Nusa Tenggara Timur (NTT)
Untuk baju sehari-hari yang dikenakan oleh kaum wanita pada suku Sabu di Nusa Tenggara Timuradalah baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun dua kali lilitan dan tanpa asesories.
Sedangkan untuk baju pengantin tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya kaum wanita suku Sabu memiliki ciri khas sebagai berikut :
- Sarung wanita yang diikat bersusun dua pada pinggul dan sedada
- Pending (ikat pinggang terbuat dari emas).Gelang emas dan gading yang dipakai pada upacara adat/perkawinan
- Muti salak/kalung dan liontin dari emas
- Mahkota kepala wanita dan tusuk konde berbentuk uang koin/sovren/ uang emas pada zaman dahulu
- Anting/giwang emas bermata putih/berlian
- Sanggul wanita berbentuk bulat diatas/puncak kepala wanita
3. Baju Adat Suku Helong Nusa Tenggara Timur (NTT)
Suku Helong adalah kelompok etnik yang berdiam di kecamatan Kupang Barat dan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tempat tinggal mereka di kecamatan Kupang Barat meliputi desa-desa Bolok, Bina El, Alak, Bo En Ana, Oematanuu, Oenesu, sebagian Tobilolong, dan Klanbo, sedangkan di Kecamatan Kupang Tengah meliputi desa-desa Kolohus, Buipu, Oehani, Oeletsala, dan Kuanboke.a. Pakaian Adat Pria Suku Helong Nusa Tenggara Timur (NTT)
Baju adat pria pada suku Helong di Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari :
- Selimut Helong besar diikat pada pinggang ditambah dengan selimut kecil
- Kemeja pria (baju bodo)
- Destar pengikat kepala
- Muti leher atau habas
Sedangkan untuk kaum wanita, pakaian adat Suku Helong yang biasa dikenakan terdiri dari :
- Sarung diikat pada pinggang ditutup dengan selendang penutup Pending/ikat pinggang emas
- Kebaya Wanita
- Muti salak/muti leher dengan mainan berbentuk bulan
- Perhiasan kepala bulan sabit/bula molik
- Giwang (karabu)
4. Baju Adat Suku Dawan Nusa Tenggara Timur (NTT)
Suku Dawan, merupakan suku yang berada di pulau Timor. Suku Dawan ini menempati seluruh wilayah Timor Barat, tersebar di 3 kabupaten yaitu kabupaten Kupang, kabupaten Timor Tengah Selatan dan kabupaten Timor Tengah Utara provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Dawan sering disebut juga sebagai orang Atoni Pah Meto. Orang Atoni ini kebanyakan hidup di daerah pedalaman. Mereka hidup sebagai petani. Masyarakat suku Dawan hidup dalam kelompok-kelompok berdasarkan kanaf (marga). Setiap kanaf memiliki adat istiadatnya masing-masing. Dalam menjaga keharmonisan dengan alam, masyarakat Dawan meiliki berbagai tradisi lisan. Beberapa tradisi lisan tersebut umumnya menggunakan bahasa ritual dan upacara formal dalam masyarakat tersebuta. Pakaian adat laki-laki suku Dawan di Nusa Tenggara Timur (NTT)
Pada umumnya laki-laki dan Perempuan suku Dawan mengenakan sarung tenung yang dikenakan dibadan. Untuk laki-laki sarung tersebut dikenakan sampai pinggang. Selain itu sebagian dari mereka menggunakan kain tenun sebagai ikat kepala atau diselempangkan dipundak.b. Pakaian adat Wanita Suku Dawan di Nusa Tenggara Timur (NTT)
Sedangkan untuk wanita suku Dawan juga mengenakan kain sarung tenun khas NTT yang dipakai sampai dada dan lebih menutupi badannya. Selain itu digunakan pula aksesoris seperti gelung rambut dan kalung. Demikian juga penggunaan kain yang dibuat selendang banyak digunakan oleh kaum peremuan suku Dawan.Sumber:
http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/07/pakaian-adat-ntt-nusa-tenggara-timur.html
https://gpswisataindonesia.wordpress.com/2014/06/09/pakaian-adat-nusa-tenggara-timur/
http://www.tradisikita.my.id/2017/04/8-baju-adat-nusa-tenggara-timur-ntt.html