Selain tari Piring, masyarakat Minangkabau Sumatera Barat juga mengenal beberapa jenis tari tradisional lain dalam kebudayaannya, salah satunya adalah Tari Payung. Tari payung adalah sebuah tari berpasangan yang dipentaskan dengan properti utama berupa sebuah payung. Tarian ini sarat dengan nilai-nilai filosofis yang terkait dengan pola kehidupan masyarakat ranah Minang.Tari payung merupakan tarian khas etnis Minangkabau yang dikenal menempati wilayah Sumatera Barat. Pementasan tarian ini identik dengan kisah yang menggambarkan sebuah cerita kasih sayang dua orang manusia. Sebagaimana kata yang mengikutinya tarian ini menggunakan properti utama berupa payung.
Pada upacara adat setempat tarian ini dulunya dijadikan sebagai salah satu media hiburan sekaligus penyampaian pesan kepada penonton bagaimana dua insan manusia yang tengah menjalin hubungan asmara seharusnya berperilaku.
Payung sebagai properti utama yang digunakan oleh penari laki-laki mengkomunikasikan bagaimana peran seorang pria dalam sebuah hubungan asmara yang seharusnya dilakukan.
Penyampaian pesan dalam gerak nan indah dan unik ini bertujuan agar kaum pria memiliki sifat melindungi kekasihnya bukan justru sebaliknya.
Jika kita kaitkan dengan pergaulan remaja saat ini tentu saja pesan moral yang disampaikan dalam pertunjukan tari klasik etnis Minangkabau ini sangat besar maknanya bagi kaum pria. Pasalnya pergaulan remaja saat ini jika tidak diimbangi dengan norma agama dan norma adat tentu identik dengan penyelewengan hubungan yang kerap berujung pada kekerasan.
Dengan adanya tarian ini harapan masyarakat Minangkabau dan Sumatera Barat pada umumnya dapat meminimalisir tingkat kekerasan yang terjadi dalam sebuah hubungan antara pria dan wanita.
Sumber:
http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/11/tari-payung-asal-sumatera-barat-sejarah.html
http://www.senitari.com/2015/10/tari-payung-minangkabau-dari-sejarah.html
Sejarah tari payung
Pada awalnya tari yang dilakukan oleh suku Minang ini menjadi salah satu ritual dalam sebuah acara adat setempat. Tidak banyak sumber yang menceritakan tentang sejarah tari payung Minangkabau, namun demikian dilihat dari ragam bentuk gerakan dalam tarian tersebut dapat kita ketahui bahwa tarian ini merupakan tarian pergaulan yang diperuntukkan bagi muda-mudi suku Minang.Pada upacara adat setempat tarian ini dulunya dijadikan sebagai salah satu media hiburan sekaligus penyampaian pesan kepada penonton bagaimana dua insan manusia yang tengah menjalin hubungan asmara seharusnya berperilaku.
Payung sebagai properti utama yang digunakan oleh penari laki-laki mengkomunikasikan bagaimana peran seorang pria dalam sebuah hubungan asmara yang seharusnya dilakukan.
Penyampaian pesan dalam gerak nan indah dan unik ini bertujuan agar kaum pria memiliki sifat melindungi kekasihnya bukan justru sebaliknya.
Jika kita kaitkan dengan pergaulan remaja saat ini tentu saja pesan moral yang disampaikan dalam pertunjukan tari klasik etnis Minangkabau ini sangat besar maknanya bagi kaum pria. Pasalnya pergaulan remaja saat ini jika tidak diimbangi dengan norma agama dan norma adat tentu identik dengan penyelewengan hubungan yang kerap berujung pada kekerasan.
Dengan adanya tarian ini harapan masyarakat Minangkabau dan Sumatera Barat pada umumnya dapat meminimalisir tingkat kekerasan yang terjadi dalam sebuah hubungan antara pria dan wanita.
1. Tema dan Makna Filosofi
Tari payung sejatinya adalah sebuah tarian pergaulan yang menjadi simbol cinta dan kasih sayang. Payung yang menjadi properti dari tarian ini mencerminkan suatu sikap melindungi dari seorang bujang terhadap seorang gadis. Sementara selendang yang diikatkan penari gadis ke leher bujang adalah simbol penerimaan cinta sekaligus janji suci dalam kesetiaan. Untuk diketahui, tari payung sendiri dipentaskan secara berpasangan oleh 3 sd 4 pasang muda-mudi. Masing-masing pasangan memperagakan gerak tari sembari melakukan drama tentang kisah cinta mereka hingga menuju ke pelaminan. Semua gerakan tarian ini sejatinya memiliki makna filosofis bahwa sepasang muda-mudi yang sudah dewasa dan saling mencintai satu sama lain hendaknya tidak berlama-lama untuk segera menikah. Hal ini dilakukan untuk menghindari dampak buruk dari godaan nafsu yang bisa datang kapan saja.2. Gerakan Tari
Payung Tidak seperti tarian tradisional pada umumnya, gerakan tari payung dapat dilakukan dengan bebas tanpa aturan khusus yang ditentukan. Kendati demikian, keserasian antara gerakan payung yang dibawa penari pria dan gerak selendang yang dibawa penari wanita harus benar-benar diperhatikan. Selengkapnya tentang gerakan-gerakan tari payung tersebut,3. Iringan Tari
Tari payung diiringi oleh 2 elemen penting, yaitu tetabuhan alat musik tradisional serta sebuah syair khusus. Alat musik yang digunakan sebagai pengiring tarian ini terdiri dari rebana, gendang, akordeon, dan gamelan khas melayu. Masing-masing instrumen tersebut dimainkan sesuai dengan ritme tarian. Sementara lagu atau syair khusus yang dinyanyikan adalah syair berjudul “Babendi-bendi ke Sungai Tanang”. Syair yang mengisahkan tentang suami istri yang tengah berbulan madu tersebut dapat Anda temukan liriknya di Wikipedia.4. Setting Panggung
Setting panggung tari payung tidak terlalu menjadi soal. Tarian ini dapat dipentaskan di mana saja, asalkan pada tempat yang luas. Jumlah pemainnya antara 6 sd 8 orang yang saling berpasangan (3 sd 4 pasang) membuat pembagian ruang panggung harus diperhatikan agar para penari tidak saling bertumburan.5. Tata Rias dan Tata Busana
Tata rias dan tata busana penari menjadi unsur penting yang harus diperhatikan dalam sebuah pertunjukan tari payung. Untuk penari wanita, kostum yang digunakan adalah pakaian adat melayu khas Minang terdiri dari baju kurung (kebaya), kain songket sebagai bawahan, dan hiasan kepala berupa mahkota keemasan. Sementara untuk penari pria, kostum yang digunakan adalah baju lengan panjang dan celana panjang satu warna lengkap dengan sarung songket dan kopiah khas melayu.6. Properti Tari
Tari payung menggunakan 2 properti utama, yaitu payung dan selendang. Payung dibawa oleh penari pria, sementara selendang dibawa penari wanita. Kedua properti ini pada pertengahan hingga akhir tarian akan saling bertemu dan melengkapi, seperti sepasang kekasih yang dipertemukan di pelaminan untuk menjalani kehidupan berumah tangga bersama-sama.Sumber:
http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/11/tari-payung-asal-sumatera-barat-sejarah.html
http://www.senitari.com/2015/10/tari-payung-minangkabau-dari-sejarah.html